
Kita tentu pernah mendengar Malaysia Truly Asia dari Malaysia, New Esia dari Singapura, Jogja Never Ending Asia dari Jogja, Enjoy Jakarta dari Jakarta, Shanti, Shanti, Shanti dari Bali yang sangat identik dengan citra kedamaian dari pulau dewata dan Bandung Creative City yang berhasil membawa semangat Bandung sebagai kota paling kreatif di Indonesia hingga tataran internasional. Bandung terpilih sebagai proyek percontohan se-Asia pasifik yang pencanangannya dilakukan di Tokyo Jepang. Proyek Bandung Creative City (BCC) ini berlangsung selama tiga tahun atas dukungan dari pemerintah pusat dan lembaga dunia. Saat ini seluruh elemen masyarakat, akademisi, swasta dan pemerintah daerah yang tergabung dalam Forum Pemasaran Kota Bandung berupaya keras memasarkan kota Bandung dengan menonjolkan kearifan dan potensi lokal.
Apa yang dilakukan oleh negara atau kota tersebut merupakan salah satu strategi untuk memiliki positioning yang kuat dan dapat dikenal luas. Banyak negara yang sejak dulu menerapkan city branding bagi negaranya. Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga, dari dulu rajin memborbardir kita dengan iklannya di hampir semua televisi swasta yang kita tonton. Beberapa tahun terakhir, banyak kota-kota di Indonesia mulai sadar akan pentingnya “city branding”. Penerapan ini memiliki tujuan agar kota atau daerahnya dikenal lewat potensi dan kearifan lokal lewat penciptaan positioning yang berbeda dari kota atau daerah lain hingga pada akhirnya menghasilkan ekuitas merek daerah yang kuat pada penduduk, pengunjung dan masyarakat umum. Indonesia sendiri menjadikan visit Indonesia sebagai tagline ketika tahun kunjungan wisata dicanangkan tahun 2008. Program ini pada akhirnya dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung sehingga pemerintah memutuskan untuk melanjutkan terus mempromosikan Indonesia lewat tagline visit Indonesia.
City branding adalah identitas, simbol, logo atau merek yang melekat pada suatu daerah. Hal ini dilakukan dengan lebih dulu memetakan kekuatan dan potensi yang ada pada daerah tersebut. Pemetaan dapat dilakukan dengan survei pendapat pada masyarakat daerah tersebut dan orang luar yang memiliki keterkaitan dengan daerah tersebut sehingga akan mendapatkan atribut-atribut kunci yang menonjol dari kota tersebut. Selain itu, melakukan analisis daya saing baik di level makro maupun mikro daerah itu sendiri serta mengembangkan logo dan slogan yang menjadi merek daerah tersebut. Merek atau brand sebuah daerah adalah merupakan janji daerah kepada publik.
Layaknya sebuah perusahaan, Pemerintah daerah diibaratkan CEO, oleh sebab itu sebagai pengelola merek hendaknya memperhatikan hal-hal yang bisa menjadikan merek tersebut dikenal, bertahan dan melegenda. Banyak hal positif yang bisa didapatkan dengan penerapan city branding yang tepat. Untuk Maluku, keuntungan yang bisa didapat diantaranya adalah:
1. Maluku dapat dikenal luas dan memiliki persepsi yang baik
2. Maluku dianggap sebagai tujuan-tujuan khusus. (Banda Neira sebagai lokasi penyelaman yang merupakan salah satu taman laut terbaik di dunia, selain itu memiliki 400 biota laut yang tidak ada dibelahan dunia manapun).
3. Maluku tepat sebagai tempat investasi.
4. Maluku juga tidak lagi identik dengan kerusuhan yang membuat citra Maluku terpuruk.
Perhelatan Sail Banda yang menjadi event akbar di Indonesia terutama di Maluku telah usai digelar. Dengan mengangkat tema “small islands for our future”, kegiatan ini memikul banyak harapan dari masyarakat Maluku, diantaranya memberi manfaat untuk membangun kejayaan bahari Indonesia khususnya Maluku serta melahirkan citra baru yang positif bagi Maluku.
Daerah yang memiliki julukan seribu pulau ini memiliki banyak hal untuk ditawarkan dan layak untuk mendapatkan perhatian. Berdasarkan jajak pendapat pada website provinsi Maluku, dapat dilihat bahwa sebanyak 62,49% (pada tanggal 31 Agustus 2010) melihat Maluku sebagai daerah kelautan. Pendapat ini sangat benar, sebagai daerah yang memiliki ribuan pulau dan pantai yang terbentang luas, siapapun akan jatuh hati dan tak akan melupakannya. Menyulap pantai-pantai di Maluku agar memiliki pengunjung sebanyak pantai Kuta di Bali merupakan tugas yang tidak mudah. Perlu bertahun-tahun kerja keras dari pemerintah daerah dan rakyatnya, langkah yang terencana dan penerapan strategi yang berbeda dalam memasarkan Maluku dibandingkan pesaing atau daerah lain.
Walaupun “Sail Banda 2010” adalah proyek bersama pemerintah pusat dan daerah, tetapi keuntungan yang paling besar akan didapatkan oleh Maluku sebagai penyelenggara. Maluku telah menjadi pusat perhatian dunia dan efek word of mouth dari kesuksesan event ini dapat dimanfaatkan pemerintah daerah untuk menggali dan meningkatkan potensi yang ada sebagai keuntungan bagi pembangunan daerah. Dengan citra baru serta kerja keras seluruh elemen masyarakat, maka Maluku dapat bangkit dan bersaing dengan daerah-daerah lainnya
Pemerintah daerah harus lebih proaktif dalam memasarkan daerahnya karena cara memasarkan daerah tidak hanya sekedar mengikuti kegiatan exhibition, tourism exhibition atau investment exhibition yang telah dijadwalkan secara regular di beberapa kota atau negara-negara lain setiap saat. Jika suatu daerah dapat mengelola serta memanfaatkan keunikan dan perbedaan serta kearifan lokal yang dimiliki secara baik dengan penerapan strategi yang tepat maka daerah tersebut akan memiliki ekuitas merek yang tinggi di mata penduduk lokal dan masyarakat luas.
Memasarkan Maluku bukan bertujuan untuk mendatangkan sebanyak-banyaknya wisatawan, namun memasarkan Maluku adalah soal menjadikan Maluku berbeda dan unik. Maluku yang unik menjadikan Maluku dikenal dan Maluku yang berbeda menjadikan Maluku tak mudah dilupakan. oleh sebab itu, janganlah Maluku hanya dikenal dan menjadi sorotan ketika sail Banda berlangsung dan tidak lagi diperhatikan setelah itu hanya karena pemerintah daerah tidak menggunakan strategi yang tepat dalam mempromosikan kehebatan Maluku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar