Kamis, 11 Februari 2010

Private Label Sebagai Strategi Bersaing Peritel

Penelitian tentang private label telah menjadi daya tarik yang substansial terhadap para peneliti dibidang pemasaran selama hampir tiga dekade dan merupakan salah satu strategi pemasaran penting yang dikembangkan oleh pengecer selama tiga puluh tahun terakhir.
Sejarah private label mengalami banyak perubahan. Pertama kali hadir pada toko bahan makanan di United State dan dijual pada toko-toko Great Atlantic dan Pacific Tea Company (dikenal kemudian sebagai A&P) yang didirikan pada tahun 1863. Selama satu setengah abad sejumlah produk dengan konsep private label sukses diperkenalkan. Selama resesi ekonomi tahun 1970-an, kehadiran private label dengan harga yang lebih murah, kualitas dasar dan kemasan yang minimal dapat menarik perhatian konsumen.
Banyak definisi untuk mengistilahkan private label, termasuk diantaranya own brand, store brands, house brand, dan retailer brands. Konsep ini sudah lama dikenal di negara-negara Eropa dan sejak tahun 1990 dibanyak negara maju, private label kadang menjadi premium brands yang sejajar bahkan lebih unggul secara kualitas dibandingkan merek milik produsen).
Banyak peritel besar yang menyadari bahwa kelangsungan keunggulan kompetitif dapat mereka capai melalui pengembangan private label brands atau barang yang diberi merek oleh peritel. Produk dengan merek milik peritel dikenal sebagai private label atau home brand atau store brand. Menurut Keller, private label adalah barang yang dipasarkan oleh peritel dan anggotanya dari rantai distribusi yang ada. Secara umum, private label dapat didefinisikan sebagai serangkaian produk yang dikemas khusus dalam kemasan yang memiliki identitas tempat yang menjualnya dan hanya bisa di peroleh di tempat itu. Itulah sebabnya saat ini dalam industri ritel di seluruh dunia, peritel tidak hanya menjual produk milik produsen tetapi juga terdapat produk dengan merek milik peritel sendiri. Kebalikan dengan private label, merek produsen menurut Levy&Weitz adalah produk yang didesain, diproduksi dan dipasarkan oleh produsen dengan memakai merek sendiri biasanya dikenal sebagai merek produsen (manufactures brands) atau dapat juga disebut national brands.Dalam hal ini produsen bertanggung jawab terhadap pengembangan dan pemasaran produk tersebut.

Pembagian Jenis Ritel

Penjualan secara ritel adalah aktivitas bisnis yang menambah nilai bagi produk dan jasa yang dijual secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi atau keluarga. Kotler juga menyatakan bahwa usaha eceran (retailing) meliputi semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi atau bukan bisnis.

Kotler mendefinisikan peritel atau pengecer sebagai usaha bisnis yang volume penjualannya terutama berasal dari penjualan eceran. Ritel yang fokus pada penjualan barang sehari-hari secara garis besar terbagi dua, yaitu ritel tradisional dan ritel modern. Pengertian ritel tradisional adalah ritel yang sederhana, tempatnya tidak begitu luas, barang yang dijual tidak begitu banyak jenisnya, sistem manajemen masih sederhana, tidak menawarkan kenyamanan berbelanja dan masih ada proses tawar menawar harga dengan penjual. Sedangkan ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat yang luas, barang yang dijual banyak jenisnya, sistem manajemen terkelola dengan baik menawarkan kenyamanan berbelanja, harga sudah tetap (fixed) dan adanya sistem swalayan.
Dapat disimpulkan bahwa letak perbedaan ritel tradisional dan modern adalah dalam luas luas toko, lini produk, bentuk kepemilikan, penggunaan fasilitas dan juga sistem manajemen yang berlaku.

WISATA VIRTUAL KOTA AMBON Semalam saya ikut wisata virtual Kota Ambon yang diadakan salah satu komunitas wisata di Jakarta via Zoom. Bia...